Deli Serdang – Rindu Syahputra Sinaga (14), seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) asal Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, diduga meninggal dunia setelah menjalani hukuman fisik berupa squat jump sebanyak 100 kali yang diberikan oleh gurunya. Peristiwa memilukan ini terjadi pada Senin (25/9/2024) dan telah mengundang perhatian publik serta kecaman luas dari masyarakat.
Rindu dilaporkan pingsan sesaat setelah menjalani hukuman tersebut. Menurut keterangan sejumlah saksi, korban mulai kelelahan dan tampak kesulitan bernapas selama melakukan squat jump. Meski demikian, guru yang memberikan hukuman tidak menghentikan tindakan tersebut hingga Rindu akhirnya ambruk.
Setelah pingsan, korban segera dilarikan ke fasilitas medis terdekat, namun sayangnya nyawa Rindu tidak dapat diselamatkan. Pihak keluarga sangat terpukul atas kejadian ini dan meyakini bahwa hukuman fisik tersebut menjadi penyebab utama kematian Rindu. Mereka mendesak agar guru terkait dan pihak sekolah bertanggung jawab atas insiden tragis ini.
"Kami sangat kecewa dan marah. Anak kami dipaksa melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Kami berharap ada keadilan dan hukuman yang setimpal," ungkap salah satu anggota keluarga korban.
Pihak sekolah hingga saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait kejadian tersebut. Sementara itu, aparat kepolisian setempat sudah mulai melakukan penyelidikan dengan memanggil sejumlah saksi, termasuk guru yang terlibat, untuk dimintai keterangan.
Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang juga langsung turun tangan untuk menyelidiki lebih lanjut penerapan hukuman fisik di sekolah tersebut. Hukuman fisik seperti squat jump dinilai bertentangan dengan peraturan pendidikan dan hak-hak anak, serta dianggap melanggar prinsip perlindungan anak dalam lingkungan sekolah.
"Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan akan melakukan tindakan tegas untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kejadian serupa di sekolah-sekolah di daerah ini," kata perwakilan Dinas Pendidikan setempat.
Kasus ini membuka kembali diskusi tentang pentingnya metode disiplin yang humanis di lingkungan sekolah, serta perlunya pengawasan ketat terhadap segala bentuk kekerasan fisik yang diterapkan kepada siswa.